Definisi Arsitektur Klasik


Arsitektur merupakan seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, arsitektur lanskap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk.

Arsitektur klasik adalah gaya desain yang menunjukkan arsitektur yang secara sadar berasal dari prinsip-prinsip arsitektur Yunani dan Romawi kuno, atau kadang-kadang dari karya-karya Vitruvius.

Disebut juga arsitektur klasik karena pernah berjaya pada zaman klasik (zaman seni rupa klasik). Artikel berikut ini akan membahas Definisi Arsitektur Klasik, Klasifikasi, Ciri-cirinya dan Contoh Karya Arsitektur klasik.


ARSITEKTUR KLASIK 600 SM-323 M

1. Ancient Greek Architecture 776 SM-265 SM

Arsitektur Yunani Kuno merupakan pondasi dari berbagai gaya berikutnya yang berkembang di berbagai belahan dunia dan juga menyumbangkan pemikiran yang paling pintar dan penampilan yang sempurna di dalam tradisi Eropa Barat. Oleh karena itu, monumen utamanya begitu penting sebagai bentuk pemahaman tentang Arsitektur Eropa itu sendiri. Pada periode Hellenistic (323-30 SM), diikuti dengan kematian Alexander Agung yang mempersatukan Yunani dan memperluas wilayah kekuasaan hingga ke Timur, bentuk-bentuk bangunan besar berlanjut dengan keuatan yang lebih sedikit dan adanya pengalihan kekuasaan oleh Roma. Arsitektur menampilkan suatu perpaduan Orde yang meluas hingga ke Spanyol dengan penggunaan elemenelemen tapak dan kubah. Bangunan-bangunan kecil tetap terlihat elegan dengan hiasan yang begitu terperinci namun tidak kehilangan struktur monumentalnya yang merupakan superhuman scale.


Beberapa ciri utama dari gara arsitektur klasik ini adalah:

1. Menggunakan struktur dinding masif dengan material batu alam yang dipotong persegi dan ditumpuk. Karena bukaan yang mampu dibuat sangat minimal, maka bagian ruang dalam menjadi gelap. Cahaya hanya datang dari pintu di depan saja.

2. Penggunaan struktur tumpuk juga pada kolom di luar bangunan. Di atas kolom, terdapat balok horizontal penyangga atap yang disebut entablature. Sebagai konsekuensi dari penggunaan struktur tumpuk batu masif pada bagian ini, maka bentang lebar tidak dimungkinkan, sehingga jarak antar kolom relatif sempit.

3. Pada hubungan antara kolom dan entablature biasa diberi ornamen berupa ukiran yang kemudian dikenal dengan gaya Doric. Pada masa Romawi gaya kolom ini dikembangkan lagi menjadi Ionic dan Corinthian. Struktur utama penyangga atap juga tersusun dari batu dan disebut pediment, ditopang oleh entablature.

4. Adanya deretan kolom di luar dinding bangunan. Selain mencitrakan kesan megah secara visual (bentuk kolom langsing tinggi yang sangat besar dibandingkan dengan skala manusia), hal ini berhubungan dengan kepercayaan masyarakat Yunani yang sangat sensitif terhadap alam.

5. Penganut aliran arsitektur klasik menganggap tanda-tanda yang terjadi di alam adalah perlambang kehadiran para dewa. Oleh karena itu mereka selalu berusaha dekat dengan alam, dan kuil pun dibuat seolah-olah terbuka dan tidak masif (deretan kolom mengurangi kesan masif dari bangunan).

2. Roman Architecture 753 SM–663 M

Dalam arsitektur Romawi, digunakan teknologi yang belum ditemukan pada masa Yunani Kuno. Teknologi ini pun tetap digunakan sampai sekarang, yaitu teknik cor beton. Bangunan-bangunan yang didirikan bangsa Romawi tidak hanya untuk keagamaan tetapi juga keduniawian. Namun demikian bentuk dasar arsitekturnya tetap mengambil beberapa bentuk dari arsitektur klasik Yunani. Apabila periode Yunani memiliki kuil Partheon, maka periode Romawi memiliki kuil Pantheon sebagai simbol yang terkenal.


Beberapa ciri utama dari periode ini adalah:

1. Penggunaan teknologi pembuatan busur dengan struktur batu yang ditumpuk, baik pada bukaan (pintu, jendela) maupun pada bagian “kepala” bangunan. Busur yang diaplikasikan untuk membuat penutup bagian atas bangunan biasa disebut struktur kubah monolit. Pembuatannya adalah dengan menggeser batu sedikit demi sedikit sehingga menghasilkan kemiringan.

2. Kuil Pantheon memiliki lubang pada puncak kubah sebagai sarana memasukkan cahaya dari atas. Dapat dikatakan bahwa teknologi penerangan Romawi sudah lebih maju dibanding Yunani. Hal ini dipengaruhi juga oleh faktor kepercayaan. Seiring dengan peredaran matahari, suasana dalam interior diibaratkan sebagai “rotunda yang berputar siang dan malam, bagaikan nirwana.

3. Struktur busur batu juga digunakan dalam pembuatan gerbang. Orang Romawi sering membuat gerbang besar di perbatasan yang menuju wilayah yang telah ditaklukkannya, sebagai perlambang kemenangan dan kejayaan.

4. Adanya variasi kolom yang lebih estetis dari periode Yunani. Sudah dijelaskan sebelumnya.

5. Kolom mulai menempel pada dinding, tidak terpisah seperti pada bangunan Yunani.

1 Response to "Definisi Arsitektur Klasik"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel