Bagaiman Pengujian dan Penerapan Beton SCC (Self Compacting Concrete)

Pengujian SCC (Self Compacting Concrete)



Untuk dapat memenuhi persyaratan dan menguji mutunya, perlu dilakukan beberapa pengujian pada Beton SCC (Self Compacting Concrete) segar buat mengukur karakteristik Workability Compacting Concrete. Terdapat tiga karakteristik diantaranya ialah

1. Filling Ability


Filling Ability ialah beton segar mengisi setiap ruang dalam bentuk tanpa kantong udara.

2. Passing Ability

Passing Ability ialah dalam hal ini, kemampuan beton segar untuk mengalir melalui dan melewati rintangan memungkinkannya melewati celah sempit antara batang baja.

3. Segregation Resistance.


Segregation Resistance ialah Kemampuan beton segar untuk menahan pemisahan antar material membuatnya sangat bisa diterapkan.

Berbagai pengujian beton segar SCC (self-compacting concrete) telah diusulkan, termasuk: U-test, L-Box Test, Slump flow T50, dan V-funnel test.

Berikut ialah tujuan dari setiap test:

1. U-Box Tes ini digunakan untuk mengukur filling ability.

2. L-Box test digunakan Perlu memperhatikan karakteristik material terhadap flowability, blocking, dan segregation.

3. V-Funnel test digunakan buat mengukur filling ability dan stabilitas dari beton segar.

4. Slump flow test Digunakan untuk menentukan fluiditas dan stabilitas SCC (self-compacting concrete).

Khusus untuk slump test, persyaratan nilai slump flow konstruksi pengecoran pada bidang vertikal berbeda dengan bidang horizontal. Standar umum penentuan awal kemampuan kerja beton SCC (self-compacting concrete) berdasarkan jenis bangunan adalah sebagai berikut:

1. Untuk bangunan vertikal, direkomendasikan penurunan antara 65 cm dan 80 cm.

2. Untuk bangunan horizontal, kemerosotan antara 60 cm dan 75 cm direkomendasikan.

Penerapan Beton SCC (Self Compacting Concrete) di Indonesia


di Indonesia pengembangan SCC (self-compacting concrete) masih sebatas metode uji hybrid design. Tidak seperti beton biasa, desain batch SCC (self-compacting concrete) membutuhkan lebih banyak komponen semen daripada beton biasa (Okamura dan Ouchi 2003). 

Pada sambungan balok-kolom yang diperkuat dengan vibrator, pengecoran beton tradisional belum tentu mencapai kerapatan maksimum. Selain itu, penggunaan vibrator di kawasan padat penduduk memiliki risiko pencemaran udara yang tinggi. Keberadaan beton SCC (self compacting concrete) merupakan solusi dan alternatif yang dapat digunakan.

Namun jika dibandingkan dengan beton tradisional, biaya pembuatan beton SCC (self compacting concrete) lebih mahal, yang menjadi salah satu alasan mengapa beton SCC (self compacting concrete) tidak digunakan secara maksimal di Indonesia. Selain dibatasi pada metode desain campuran eksperimental, SCC Indonesia (self-compacting concrete) masih digunakan hanya untuk kondisi khusus, seperti bangunan basement yang membutuhkan beton permeabilitas rendah.

Selain basement, SCC (self compacting concrete) juga diaplikasikan pada tiang pancang jembatan yaitu tiang pancang jembatan Pulau Balang yang hendak menghubungkan Kota Balikpapan dan Kabupaten Penaham Passe Utara (panjang 1.750 meter). Lengkungan beton bertulang.


0 Response to "Bagaiman Pengujian dan Penerapan Beton SCC (Self Compacting Concrete) "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel