Konsep Desain Rumah dalam Peradaban Islam

Saat merencanakan dan mendesain rumah Islami, kita bisa merujuk pada sejarah rumah Nabi sebagai referensi, karena dia adalah contoh terbaik kita. Campo (1991) menunjukkan bahwa Nabi membangun rumah ketika dia pertama kali tiba di Madinah setelah hijrah.


Di antara banyak lamaran, ia menerima permintaan keluarga Bani Najjar yang memberinya tanah untuk ditinggali. Dulu, tanah ini adalah tempat dikeringkan kurma dan kuburan orang musyrik. Artinya, Islam melarang pembangunan kuburan di rumah.

Dari segi konstruksi, rumah Nabi dibangun dengan batu bata yang terbuat dari campuran tanah liat dan gandum atau ijuk dan dikeringkan di bawah terik matahari. Rumahnya berdinding bata, halaman luas, dan pintu masuk utara-selatan. Rumah dengan konsep house_mosque memiliki tiga pintu. Ketika kiblat berubah dari Yerusalem ke Mekah, gerbang selatan ditutup dan tembok dibangun untuk arah kiblat.

Ruangan-ruangan rumah Nabi ini beratap pohon kurma.Setiap ruangan memiliki luas sekitar 23 meter persegi dan tinggi plafon 2,7-3,6 m. Menurut jumlah istri Nabi, jumlah kamar bertambah dari satu menjadi sembilan. Kebiasaan Nabi saat itu adalah mengajak Muhajirin dan sahabat Ansar untuk bekerja sama jika hendak membangun pondasi rumah.

Campo (1991) juga menemukan bahwa pada abad 10 dan 11 Masehi pada masa Fatimiyah, rumah orang Mesir cukup besar untuk menampung satu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak. Namun, tidak ada pemisahan antara pria dan wanita.

Ukuran rumah bisa menampung satu keluarga inti. Jika keluarga berkembang (jika anak sudah menikah dan sudah berkeluarga), maka rumah tersebut akan berkembang. Mereka tinggal di satu atau lebih bangunan dan membentuk komunitas. Kepemilikan rumah adalah kepemilikan bersama. Terkadang, keluarga menyewakan atau menjual sebagian dari rumah untuk menambah pendapatan mereka.

Faroqhi (2002) menjelaskan bahwa di Kekaisaran Ottoman Turki (1590-1700), rumah biasanya terdiri dari bangunan dan halaman. Rumah jarang dilengkapi dengan taman. Rumah tersebut memiliki Tabhane (ruang utama) yang digunakan sebagai tempat menerima tamu. Karena ruangannya yang besar kadang digunakan sebagai ruang keluarga, selain itu terdapat sofa (terbuka atau tertutup) yang menghubungkan koridor antar ruangan.

Rumah di Kekaisaran Ottoman di Turki terdiri dari dua atau satu lantai, dengan 4-5 kamar, halaman, 2 kamar mandi, dapur, sofa, ruang cuci dan gudang besar. Panjang ruangan biasanya 5-6 m, lebar 3-4 m, dan tinggi 3 m.

Ukuran ini adalah ukuran standar untuk kebanyakan rumah tangga. Bagi mereka yang berpenghasilan tinggi, rumah mereka harus memiliki lebih banyak kamar dan ukuran yang lebih besar.

Bahkan rumah orang kaya termasuk bagian dari rumah wanita (harem) dan bagian khusus untuk tamu pria. Terkadang mereka memiliki dua bangunan terpisah, dihubungkan dengan halaman atau sofa, dan memiliki balkon. Selain itu, perlu diperhatikan bahwa masyarakat menggunakan kuda sebagai kendaraan untuk melengkapi rumahnya dengan kuda. Faroqhi (1987) mengemukakan bahwa rumah-rumah pada masa itu memiliki karakteristik yang sama, yaitu halaman dan taman.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa dalam peradaban Islam, konsep rumah adalah mempunyai banyak ruangan dengan gudang, taman dan halaman. Banyak ruangan juga tersedia bagi orang tua atau kerabat untuk tetap berhubungan. Konsep ini menekankan bahwa keluarga dalam konsep Islam seringkali sangat besar. Keluarga besar tentunya membutuhkan privasi, yang bisa dipenuhi dengan menyediakan kamar yang cukup.

Ruang tamu dan ruang yang luas berfungsi sebagai konsep ruang resepsi untuk memberikan reward bagi tamu yang berkunjung dan anggota keluarga berkumpul. Pada saat yang sama, halaman tidak hanya bagus untuk ventilasi dan penerangan, tetapi juga cocok untuk tempat bersantai dan hiburan, sehingga anak-anak dan remaja muslim dapat bermain secara pribadi tanpa mengenakan jilbab. Halaman juga bisa menjadi tempat nongkrong dengan alam.

Dalam mendesain rumah, Islam juga menetapkan konsep silaturahmi dan konsep Uma yang menuntut manusia untuk tetap berhubungan dengan lingkungan dan masyarakat sekitar.

Oleh karena itu, keluarga islami memiliki tempat khusus untuk menerima tamu saat liburan dan kegiatan keluarga. Namun, ada kesepakatan tak tertulis antara tamu dan penghuni rumah (Campo, 7991) di mana tamu masuk ke dalam rumah melalui pintu depan dan kemudian masuk ke halaman dalam melalui koridor. Desain koridor harus menghindari gangguan privasi penghuni rumah. Kemudian, para tamu duduk di teras yang menghadap ke halaman. Jika ada acara berskala besar di rumah, undang tamu ke ruang di sekitar halaman, yang didesain dengan taman, kolam, dan air mancur untuk menciptakan suasana nyaman bagi tamu dan tuan rumah.

Islam juga memiliki konsep taman sebagai pelengkap rumah. Kita bisa mengekstrak konsep taman Islami dari Alquran dan memvisualisasikan keindahan taman surga. Konsep taman surga yang kreatif dapat kita gunakan dalam desain rumah kita. Namun, kita tidak boleh membuat atau menggunakan sesuatu yang berlebihan, karena dalam Islam kita tidak boleh berlebihan.

Dalam desain taman Islami, tanaman digunakan sebagai elemen soft scene, dan aksesoris taman sebagai elemen hard scene pasti bermanfaat bagi kita. Untuk keserasian antara kedua elemen tersebut, keberadaan kedua elemen tersebut harus pula saling mendukung, bukan hanya menonjolkan salah satunya.

Selain memiliki nilai estetika, kita juga bisa berperan sebagai pengatur iklim mikro rumah. Tanaman yang dianjurkan adalah tanaman yang berbau harum, bukan tanaman yang tidak sedap meskipun bentuknya bagus. Di taman Islami, mawar biasanya ditanam. Karena tanaman membutuhkan air, disarankan untuk menggunakan elemen air. Itu bisa disiram dalam bentuk air mancur.

Asesoris taman sebaiknya ditempatkan di taman Asesoris taman antara lain paviliun, air mancur, kotak bunga (semak), trotoar, pergola, railing atau railing (elemen railing pada railing). Kami dapat memilih satu atau lebih untuk diterapkan.

Satu hal yang perlu diingat adalah jangan menggunakan patung sebagai dekorasi taman. Untuk desain relief, railing, pagar, lantai, dekorasi pergola, dan paviliun, kita bisa menggunakan pola dasar Arab. Pola dasar bahasa Arab adalah dekorasi dengan pola geometris dan diulang-ulang dalam ritme dan pola tertentu. Bentuknya seakan tidak berawal dan tidak berakhir, melambangkan Allah yang kekal.

Konsep desain rumah islami saat ini sedang berkembang. Karena luasnya tanah yang kecil, maka ukuran rumahnya tidak lagi sebesar zaman Nabi. Faktor ekonomi adalah alasan utamanya. Namun, lahan yang sempit ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami untuk tetap bisa mengaplikasikan konsep rumah islami. Menurut Ir. Andan Nadriasta merupakan konsep sederhana dalam mendesain rumah islami yaitu membagi desain rumah menjadi tiga area yaitu area privat, area servis dan area publik.

Area Privat


Area privat meliputi kamar tidur utama, kamar tidur anak-anak, ruang makan, dapur, ruang keluarga, kamar mandi dalam, dan teras keluarga atau taman dalam dengan halaman kecil.

Area Servis


Area servis termasuk dapur, kamar pembantu, toilet, binatu, ruang menyetrika, dan garasi.

Area Publik


Area publik meliputi ruang tamu, teras depan, dan taman depan. Rumah harus memiliki dua pintu masuk, pintu utama dan pintu kedua. Pintunya untuk masuk ke ruang tamu dan digunakan sebagai area publik. Pintu kedua dari carport (untuk melindungi panel atap tambahan mobil) atau dapur merupakan pintu masuk ke area privat, dan juga berfungsi untuk anggota keluarga saat ada tamu di ruang tamu. Ketiga area tersebut bisa kita terapkan pada rumah yang memiliki luas tanah yang kecil namun tetap mengikuti aturan rumah islami seperti pada zaman Nabi. Secara garis besar, aturan Rumah Nabi adalah:

1. kamar-kamar sebagai area privat,

2. tabhane sebagai ruang untuk menerima tamu

3. courtyard yang sangat bagus untuk kesehatan rumah sebagai batas antara area publik dengan area privat,4. taman-taman islami.

Dari segi fisik inilah gambaran sederhana tentang konsep rumah islami. Dalam menyebarkan Islam melalui pembangunan perumahan Islami, kita tidak boleh melupakan adab dan adab yang harus diterapkan di dalamnya. Salah satu cara terpenting adalah dengan mempengaruhi pola tata ruang dan furnitur, serta cara atau kebiasaan generasi Islam yang lebih berkualitas.

0 Response to "Konsep Desain Rumah dalam Peradaban Islam"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel